Minggu, 21 Juli 2013

SIKAP INDEPENDEN


SIKAP INDEPENDEN
            Ketika kita ingin melakukan segala sesuatu dengan sikap inpendent kadang kita akan bertanya apa itu sikap independen, bagaimana penerapannya dan apa saja keuntungan dan resiko ketika kita menerapkan sikap independen serta dalam sektor apa saja sikap independen untuk diterapkan…? Tentunya kita harus benar – benar pahan terlebih dahulu tentang sikap independen itu sendiri…!
Sekilas tentang independen :
Asal kata independen sering disebut berasal dari kata “indi” yaitu kebebasan atau kemerdekaan. Dalam rumusannya sikap independen merupakan salah satu sikap yang tidak berpihak namun bukan netral. Independen hakikinya merupakan salah satu sikap yang berpihak pada kebenaran semata dan tidak dapat dipengaruhi oleh pihak manapun. Seiring perkembangan, sikap independen diartikan sebagai salah satu sikap yang menunjukan kemandirian yang senantiasa mengikuti hati nurani. Sehingga independen saat ini merupakan salah satu sikap yang menunjukan mampu berdiri sendiri dengan ketabahan menerima kelebihan dan kekurangan yang akan dihasilkan namun mampu belajar pada pengalaman yang terjadi.
Penerapan sikap independen serta  keuntungan dan resikonya :
            Setelah kita paham tentang apa itu sikap independen tidaklah sulit untuk menerapkan dalam segala aktivitas kehidupan. Hal yang paling mendasar dalam mengukur independensi yaitu ketika kita terikat akan suatu pekerjaan atau job, yang bilamana kita melakukannya secara professional itu berarti kita telah menerapkan independensi tersebut. Namun ada beberapa hal yang harus kita perhatikan ketika ingin memiliki sikap independen yaitu kita akan senantiasa dituntut untuk selalu belajar agar memiliki wawasan yang luas demi menunjang kemandirian yang hakiki. Secara logika dari pernyataan tersebut bahwa menerapkan independensi harus memiliki banyak wawasan = pikirkan lagi untuk menerapkan sikap independen kalau masih kurang pengetahuan dan keyakinan. Sikap independen sangat berpengaruh terhadap pengambilan putusan. Jadi antara putusan dengan wawasan memiliki keterkaitan yang sangat erat dalam sikap independen karena paham penerapan sikap independen senantiasa membuat kita untuk yakin terhadap putusan yang kita pilih serta tidak akan mengeluh terhadap resiko yang diterima. ״ salah dalam pengambilan putusan ada resiko besar yang harus diterima ״ dan begitu pula sebaliknya. Orang yang menerapkan sikap independen sangat terlihat unik karena dalam hidupnya selalu puas akan kinerjanya sendiri dan cenderung memiliki prinsip yang kuat. Sikap independen secara rill dapat diimplementasikan dalam perilaku :
1.      Cenderung kepada kebenaran (hanief)
2.      Bebas terbuka dan merdeka
3.      Obyektif rasional dan kritis
4.      Progresif dan dinamis
5.      Demokratis, jujur dan adil.
Dalam menerapkan sikap indenpenden tanpa sadar kalau kita dalam tahap pembentukan karakter yang sangat luar biasa yaitu karakter yang mandiri sesuai dengan hati nurani manusia selayaknya. Mulailah untuk menjadi manusia yang memiliki sikap independen dan selalu menjadi diri sendiri yang sesuai dengan perilaku independen (be your self).

Rabu, 10 Juli 2013

laporan pembenihan ikan

I. PENDAHULUAN


1.1              Latar belakang
Dalam memenuhi kebutuhan spesies terhadap populasi yang banyak telah terdapat cara rekayasa hormon ikan agar bisa seefisien mungkin. Pada saat ini hormon GnRH (Gonadotropin Releasing Hormone) sangat dipercaya mampu memberikan ransangan terhadap induk ikan untuk melakukan pemijahan apabila sudah terjadi kematangan gonad. Untuk memperoleh hormon GnRH kita harus mengekstrak dari kelenjar pituitary yang membutuhkan adanya ikan donor sebagai penyumbang kelenjar pituitary tersebut. Namun kegitan ini harus diperhatikan dosis kelenjar pituitary yang akan didonor serta metode dalam mengekstrak kelenjar pituitary sebagai penghasil hormon GnRH. Dengan metode dan perhitungan dosis yang tepat usaha ini dapat terus diaplikasikan dalam kegiatan pembenihan ikan dan merupakan rekomendasi yang sangat baik untuk dilakukan oleh pihak-pihak yang berada di dunia budidaya komoditas perikanan meski ada sebagian kecil dari komoditas yang tidak bisa dilakukan dengan cara ini.
Pasca pemijahan maka akan terjadi fertilisasi dari sel jantan atau sperma dengan sel betina atau ovarium. Pada dasarnya ada dua macam fertilisasi yang kitaketahui yaitu fertilisasi buatan dan fertilisasi alami. Fertilisasi secara alami akan terjadi begitu saja ketika pasca pemijahan dan bagi ikan yang hidup di alam bebas tanpa bisa dilakukan pengontrolan oleh manusia. Namun ada yang berbeda ketika kita melakukan fertilisasi buatan pada ikan. Jadi upaya fertilisasi buatan sangat menguntungkan bagi spesies yang ketersediaannya di alam bebas sedikit ataupun mendekati kepunahan. Akan tetapi fertilisasi buatan juga tidak semata-mata dilakukan untuk spesies tertentu yang hampir punah, melainkan suatu upaya dalam meningkatkan populasi ikan yang ingin kita produksi. Sebab fertilisasi buatan bisa langsung dapat dikontrol oleh manusia akan keberhasilan dalam segi kulitas dan kuantitasnya. Sehingga kegiatan ini mampu memberikan dampak positif untuk kegiatan budidaya perairan.
Tingkat keberhasilan dari fertisasi ikan dapat juga kita lihat dalam perkembangan telur melalui teknologi yang biasa dilakukan seperti mikroskop, karena ukurannya yang begitu kecil serta perkembangan telur yang berubah pada jangka waktu tertentu sebelum menjadi larva. Dalam perkembangannya terdapat berbagai stadia perkembangan telur hingga terbentuknya larva atau individu baru sebagai calon benih. Stadia perkembangan sel telur menjelang terbentuknya larva merupakan suatu tahapan yang sangat sensitif atau sering disebut dengan masa kritis. Dalam penangannya juga perlu dilakukan dengan metode yang tepat untuk mengurangi dampak yang tidak diinginkan. Pada prinsipnya ada dua faktor yang mempengaruhi terhadap fase perkembangan telur menjelang larva yaitu faktor lingkungan yang mencakup terhadap kualitas air serta iklim setempat dan faktor gen asal yang memberikan sifat keturunan. Maka untuk mendapatkan hasil yang baik seleksi induk memiliki peranan penting untuk kualitas yang baik. Sedangkan untuk faktor lingkungan keadaan kualitas air yang ideal dialam mampu direkayasa bagi fertilisasi buatan. Berbagai upaya dari persiapan induk hingga melahirkan individu baru sangat berperan penting terhadap tekhnologi pembenihan ikan dengan melihat bagaimana proses pembentukan benih dengan melewati tahapan-tahapan sebelum mencapai benih yang ideal untuk keberlangsungan usaha budidaya.

1.2              Tujuan praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah :
1.                  Mengetahui perbedaan antara ikan jantan dan betina melalui pengamatan pada seks primer dan sekunder ikan.
2.                  Mampu menyediakan hormon GnRH ( Gonadotropin Releasing Hormone ) dari ekstrak kelenjar pituitary.
3.                  Mengetahui dan mengenali induk ikan yang siap pijah.
4.                  Mengetahui cara penyuntikan ikan.
5.                  Mengetahui teknik stripping.
6.                  Mengetahui teknik pencampuran telur dan sperma.
7.                  Mengetahui teknik inkubasi telur.
8.                  Mampu membedakan antara bentuk telur yang telah terbuahi dan tidak terbuahi.
9.                  Melihat perkembangan telur sejak fertilisasi hingga penetasan



II. TINJAUAN PUSTAKA

Kegiatan pembenihan merupakan kegiatan awal didalam budidaya. Tanpa kegiatan pembenihan ini, kegiatan yang lain seperti pendederan dan pembesaran tidak akan terlaksana. Karena benih yang digunakan dari kegiatan pendederan dan pembesaran berasal dari kegiatan pembenihan, secara garis besar kegiatan pembenihan meliputi : pemeliharaan induk, pemilihan induk siap pijah, pemijahan dan perawatan larva.  (Khaeruman dan Amri, 2002).
Pemijahan semi alami dan buatan dilakukan dengan melakukan penyuntikan terhadap induk betina menggunakan ekstrak pituitari/hipofisa atau hormon perangsang (misalnya ovaprim, ovatide, LHRH atau yang lainnya). Ekstrak hipofisa dapat berasal dari ikan lele atau ikan mas sebagai donor. Penyuntikan dengan ekstrak hipofisa dilakukan dengan dosis 1 kg donor/kg induk (bila menggunakan donor ikan lele) atau 2 kg donor/kg induk (bila menggunakan donor ikan mas). Penyuntikan menggunakan ovaprim atau ovatide dilakukan dengan dosis 0,2 ml/kg induk (Sudarma, 2004).
Pemijahan ikan secara buatan adalah pemijahan ikan yang terjadi dengan memberikan rangsangan hormon untuk mempercepat kematangan gonad serta proses ovulasinya dilakukan secara buatan dengan teknik stripping/pengurutan. Jenis ikan yang sudah dapat dilakukan pemijahan secara buatan antara lain adalah ikan patin, ikan mas, ikan lele (gusrina, 2008).
fertilisasi buatan merupakan peroses pembuahan sel telur oleh seperma karena adanya campur tangan manusia. Dalam fertilisasi buatan ini induk betina ikan lele yang siap, diurut perutnya dengan cara menekan bagian perutnya kearah lubang genitalnya, sedangkan untuk induk ikan lele jantan dibedah perutnya dan diambil sepermanya. Setelah sel telur dan seperma disiapkan, lakukan pencampuran antara sel telur dan seperma didalam baskom dan tetaskan pada akuarium (Sugiono, 2003).
Awal perkembangan dimulai saat pembuahan (fertilisasi sebuah sel telur oleh sperma yang membentuk zygot). Gametogenesis merupakan fase akhir perkembangan individu dan persiapan untuk generasi berikutnya. Proses perkembangan yang berlangsung dari gametogenesis sampai dengan membentuk zygot disebut progenesis. Proses selanjutnya disebut embryogenesis (blastogene) yang mencakup pembelahan sel zygot (deavage), blastulasi, grastulasi dan merulasi. Selanjutnya adalah organogenesis yaitu pembentukan alat – alat organ tubuh. Embriologi mencakup proses perkembangan setelah fertilisasi sampai dengan organogenesis sebelum menetas atau lahir (Syazili, 2011).

    




III. METODE PRAKTIKUM


3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum lapangan dilaksanakan pada tanggal 01 sampai 03 Juni 2013 di Laboratorium Program study Budidaya Perairan Universitas Mataram.

3.2 Alat dan Bahan
            Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktek ini adalah :
Nama Alat
Kegunaan
Akuarium
Sebagai tempat penetasan telur
Alat bedah
Mengambil sperma ikan
Mikroskop
Sebagai alat untuk mengamati posisi inti telur
Penggerus jaringan (tissue grinder)
Menghancurkan kelenjar hipopisa
Centrifuge
Mengekstrak hormone hipofisa
Tabung reaksi
Menyimpan larutan hipofisa/tempat penggerusan
Timbangan duduk
Untuk menimbang ikan donor
Pipet tetes
Mengukur volume akuades/larutan fisiologi
Talenan
Meletakkan ikan
Pendingin/coolbok
Menyimpan hipopisa untuk sementara
Petri dish
Menampung sperma ikan/menampung telur untuk diamati
Lap halus
Membersihkan/mengeringkan/menutup mata ikan
Mangkok
Wadah penampungan telur dan sperma
Kakaban
Tempat pelekatan telur
Bulu ayam
Pengaduk telur dan sperma
Aerator
Suplai oksigen
Gelas obyek
Tempat pengamatan telur
Thermometer
Untuk mengetahui suhu air
Suntik
Untuk menyuntikkan hormone pada ikan
Penggaris
Mengukur panjang dan lebar ikan


Nama Bahan
Kegunaan
Induk ikan jantan
Induk yang akan dipijahkan
Induk ikan mas
Induk yang akan dipijahkan
Ikan donor
Untuk diambil kelenjarnya
Ikan bawal
Sebagai ikan yang digunakan untuk mengamati seks primer dan seks sekunder
Ikan komet
Sebagai ikan yang digunakan untuk mengamati seks primer dan seks sekunder
Ikan Nila
Sebagai ikan yang digunakan untuk mengamati seks primer dan seks sekunder
Akuades/larutan fisiologis (NaCL 9%)
Membuat ekstrak hipopisa
Tissue
Untuk membersihkan dan mengeringkan



3.3.Pelaksanaan Praktikum
3.3.1.Pembuatan ekstrak kelenjar pituitary
1.      Disiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan
2.      Ditimbang berat ikan donor disesuaikan dengan berat ikan resipien
3.      Dipotong kepala ikan sampai putus pada belakang operculum
4.      Diletakkan kepala ikan dengan posisi mulut menghadap ke atas
5.      Disayat kepala ikan mulai dari dekat lubang hidung ke bawah
6.      Dibuka tengkorak ikan sampai otaknya terlihat dengan jelas
7.      Dibersihkan lemak, atau jaringan-jaringan lainnya yang menutupi otak, karena kelenjar hipofisa terletak tepat di bawah otak
8.      Diangkat kelenjar hipofisa secara hati-hati menggunakan pinset
9.      Dimasukkan kelenjar hipofisa kedalam tabung reaksi yang kemudian digerus sampai hancur
10.  Ditambahkan aquades
11.  Disentrifus hingga jaringan-jaringan kasar mengendap
12.  Disimpan kelenjar hipofisa yang siap untuk disuntikkan dalam collbox
3.3.2.      Seks primer dan sekunder pada ikan
1.      Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2.      Diamati seksualitas sekunder, seperti warna ikan, bentuk tubuh, bentuk sirip serta bentuk morfologi lainnya
3.      Diamati seksualitas primer, seperti alat kelamin luar, jumlah saluran pengeluaran, dan warna alat kelamin
4.      Dibedah ikan untuk pengamatan bagian dalam seperti keberadaan gonad dan telur
3.3.3 Fertilisasi buatan
1.      Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2.      Diambil induk ikan yang siap disuntik
3.      Diambil larutan hormon yang berasal dari kelenjar pituitary atau ovaprim
4.      Disuntik punggung ikan pada bagian sebelah kanan sesuai dengan dosis yang ditentukan, setelah enam jam kemudian dilakukan lagi penyuntikan pada punggung ikan yang sebelah kiri
5.      Dibiarkan ikan selama enam jam dan pastikan ikan siap distripping
a.       Stripping telur ikan lele
Dibersihkan tubuh ikan lele menggunakan lap, agar tida ada lagi air yang menetes, usahakan tangan dalam keadaan kering, baru kemudian mata ikan ditutup menggunakan lap selanjutnya lakukan stripping atau pengurutan pada perut ikan dimulai dari belakang kepala kearah dubur, telur ditampung di dalam mangkok, pengurutan dilakukan sampai telur habis keluar semua
b.      Stripping sperma ikan lele
Pengambilan sperma ikan lele dilakukan dengan cara membedah tubuh ikan lele, baru kemudian dicari kanttung sperma yang ada pada lele, setelah ditemukan kantung sperma segera diangkat dan disimpan didalam petridisk baru kemudian kantung sperma dipotong dan diurut sampai spermanya keluar
6.      Diencerkan sperma dengan menggunakan larutan fisiologis
7.      Dicampurkan sperma dengan telur dalam mangkok sambil diaduk sekitar 1 menit secara cepat dan halus
8.      Ditebar telur yang sudah dicampu dengan seperma tersebut kedalam akuarium yang sudah dilengkapi dengan kakaban dan aerator
3.3.4.      Perkembangan telur
1.      Diambil telur yang ada dikakaban secara acak
2.      Diletakkan beberapa butir telur diatas gelas benda dan ditetesi dengan aquades
3.      Diamati perkembangan telur pada selang waktu 1 jam
4.      Digambar / foto fase perkembangan telur
5.      Dicatat waktu pengamatan telur



 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1  Seksualitas Primer dan Sekunder Ikan
Tabel 1. hasil pengamatan seksualitas primer dan sekunder pada ikan
Parameter
Ikan Komet
Ikan Bawal
A
B
A
B
Seksualitas Skunder




Warna/Pola warna
Orange cerah

Gelap/kuning
Berwarna orange
Bentuk badan/proporsi badan
Perut buncit

Ikannya kecil
Ukuran badan lebih besar
Bentuk sirip
Bercagak

Bercagak kuning
Bersegi
Bentuk morfologi
Badannya torpedo

Badannya gepeng, siripnya putus-putus
Badanya gepeng
Seksualitas Primer




Warna alat kelamin
Putih kemerahan

Warna merah
Warna merah
Saluran alat kelamin
Ada tonjolan

Tidak ada tonjolan
Ada tonjolan
Gambar gonad




Gambar isi/dalam gonad(telur/sperma)




Lain-lain
Ada telur atau gonad



Kesimpulan
Tidak yang bisa diamati dengan warna saja untuk menentukan jenis kelamin

Betina
Tingkat perkembangan gonad masih tingka I
Jantan
Tingkat perkembangan gonad masih tingka

4.1.2  Pembuatan ekstrak kelenjar pituitary
Tabel 2. Data hasil pembuatan ekstrak kelenjar pituitary
Uraian
Jumlah
Berat induk
1 kg
Berat total ikan donor
2 kg
Volume total ekstrak kelenjar
1 ml
4.1.3  Fertilisasi buatan
Tabel 3. Hasil pengamatan fertilisasi buatan
Parameter
Ikan Lele
Ikan Lele
Berat induk jantan/betina
1 kg/ 1 kg
1 kg/1 kg
Kesiapan induk untuk disuntik
Ada keluar cairan (pada jantan)
Ada keluar telur (pada betina)
Gambar telur yang diambil dan bagiannya


Jenis dan volume serta waktu penggunaan hormon
Hormon hipofisa sebanyak 0,8 ml
Penyuntikan ke 1: 0,24 ml (jam 09.00 WITA)
Penyuntikan ke 2: 0,56 ml (jam 16.00 WITA)
Hormon ovaprim sebanyak 0,5 ml
Penyuntikan ke 1: 0,15 ml (jam 09.00 WITA)
Penyuntikan ke 2: 0,35 ml (jam 16.00 WITA)
Waktu fertilisasi
Jam 23.00 WITA
Jam 23.00 WITA
4.1.4  Perkembangan Telur
Tabel 4. hasil pengamatan perkembangan telur
Waktu Pengamatan
Stadia Perkembangan
Keterangan atau Gambar
Jam 00.00
Fase cleavage

Jam 01.00
Stadium 2 sel
Jam 02.00
Stadium banyaksel
 
Jam 03.00
Stadium Morula
 
Jam 04.00
Stadium Morula

Jam 05.00
Stadium Blastula
 
Jam 06.00
Stadium Blastula

Jam 07.00
Stadium Blastula

Jam 08.00
Stadium Blastula

Jam 09.00
Stadium Blastula

Jam 10.00
Stadium Grastula
 
Jam 11.00
Stadium Grastula

Jam 12.00
Fase embrio awal
 
Jam 13.00
Fase embrio awal

Jam 14.00
Fase embrio awal

Jam 15.00
Fase embrio awal

Jam 16.00
Fase embrio awal

Jam 17.00
Fase embrio akhir
 
Jam 18.00
Fase embrio akhir

Jam 19.00
Fase embrio akhir

Jam 20.00
Fase embriogenesis
 
Jam 21.00
Fase embriogenesis

Jam 22.00
Fase embriogenesis

Jam 23.00
Fase embriogenesis

Jam 24.00
Fase embriogenesis
 
Jam 01.00
Fase embriogenesis
 
Jam 04.00
Menetas




4.2 Pembahasan
Berdasakan hasil pengamatan dari pelaksanaan praktikum ini, dimana terdapat empat acara yang dilakukan. Acara tersebut antara lain pengamatan seksualitas primer dan sekunder, melakukan ekstrak kelenjar pituatary, fertilisasi buatan dan pengamatan perkembangan telur.
Pengamatan seksualitas primer dan sekunder menggunakan sepasang komoditas ikan bawal dan satu ekor ikan komet sebagai sampel pengamatan. Seksualitas sekunder dilakukan lebih dulu karena untuk pengamatan seksualitas sekunder pada dasarnya melihat ciri morfologi yang biasanya memiliki bentuk morfologi yang berbeda antara jantan dan betina. Yang diamati dari pengamatan seksualitas sekunder yaitu dengan melihat perbedaan antara warna/pola warna, bentuk badan/proporsi badan, bagian sirip dan bentuk morfologi dari sampel yang telah disiapkan. Dengan melihat hasil pengamatan seksualitas sekunder terdapat hasil yang signifikan terhadap warna/pola warna, bentuk badan dan bentuk sirip pada komoditas ikan bawal. Proses pengamatan pun berlanjut untuk mendapatkan kesimpulan dengan melakukan pengamatan seksualitas primer pada sampel. Pengamatan seksualitas primer memiliki hasil yang lebih akurat daripada pengamatan seksualitas sekunder karena pada pengamatan seksualitas primer langsung melihat anatomi ikan yang berhubungan langsung dengan sistem reproduksi ikan seperti melihat testis penghasil sperma bagi jantan dan ovarium dan pembuluhnya bagi ikan betina. Sehinga metode yang dilakukan dari dua pengamatan seksualitas primer dan sekunder sangatlah berbeda dimana untuk pengamatan seksualitas primer dilakukan pembedahan terhadap ikan yang dijadikan sampel pengamatan tersebut. Namun pada pengamatan ini yang dilihat antara lain warna alat kelamin dan saluran alat kelamin. Untuk warna alat kelamin tidak memberikan perbedaan yang signifikan, akan tetapi perbedaan yang signifikan terdapat pada saluran alat kelamin. Dimana sampel A ikan bawal menunjukan tidak ada tonjolan sebagai ciri kelamin betina dan hasil sebaliknya terdapat pada sampel ikan bawa B yang terdapat tonjolan pada saluran alat kelamin sebagai ciri dari ikan jantan. Dari perbedaan hasil tersebut sudah bisa ditarik kesimpulan bahwa sampel ikan bawal A merupakan kelamin betina dan sampel ikan bawal B adalah berkelamin jantan.
Ekstrak kelenjar pituitary bertujuan untuk menghasilkan hormon GnRH (Gonadotropin Releasing Hormone) yang berfungsi sebagai perangsang induk untuk melakukan pemijahan setelah matang gonad. Pembuatan ekstrak kelenjar pituitary membutuhkan ikan donor yang akan diambil kelenjar pituitarynya. Pada acara ini dipakai ikan karper dengan berat total 2kg sebagai ikan donor untuk pengambilan ekstrak pituatary. Proses ekstrak pituitary sangat dibutuhkan penerapan metode yang sesuai agar bisa mendapatkan hasil yang baik. Sebab kelenjar pituitary sangatlah kecil serta berada tepat dibawah kelenjar otak ikan dan juga mudah hancur. Oleh karena itu pembedahan kepala ikan donor harus dilakukan dengan hati-hati dan memakai alat standar laboratorium yang direkomendasikan untuk meminimalisir resiko kehilangan kelenjar pituitary. Setelah mendapatkan kelenjar pituitari dari ikan doror baru proses ekstrak dapat dilakukan. Dosis yang digunakan pada kesempatan ini yaitu induk ikan lele yang akan disuntik hormon GnRH seberat 1 kg dengan perpaduan berat total ikan donor 2 kg sebelum diambil kelenjar pituitarynya. Setelah prosedur pengambilan kelenjar pituitari, ekstrak kelenjar pituitari untuk menghasikan hormon GnRH dan penyuntikan pada induk ikan yang matang gonad menunggu beberapa saat untuk dilakukan pemijahan.
Proses pemijahan yang dilakukan pada praktikum kali ini yaitu dengan metode fertilisasi buatan dari induk ikan lele jantan dan betina 1:1 seberat masing-masing 1kg. Metode ini dapat dilakukan dengan menyuntikan ekstrak kelenjar pituitary untuk merangsang induk untuk melkaukan pemijahan. Proses penyuntikan hormon pada induk ikan lele yang akan diakan dipijahkan dalam fertilisasi buatan ini dilakukan dua periode yaitu dimulai pada jam 09.00 WITA dan 16.00 WITA dengan jenis dan volume serta waktu penggunaan hormon yang berbeda pada induk jantan dan betina. Penyuntikan pada induk jantan diberikan Hormon hipofisa sebanyak 0,8 ml dengan penyuntikan 1: 0,24 ml pada jam 09.00 WITA dan penyuntikan 2 : 0,56 ml pada jam 16.00 WITA. Sedangkan untuk induk jantan diberikan suntikan Hormon ovaprim sebanyak 0,5 ml dengan perbandingan suntikan 1 : 0.15ml pada jam 09.00 WITA dan suntikan ke 2 : 0.35ml pada jam 16.00 WITA. Namun sebelum dilakukannya penyuntikan pada induk ikan, terlebih dahulu dilakukan pengukuran berat induk ikan dan memastikan induk ikan telah matang gonad agar siap untuk dipijahkan. Untuk memastikan bahwa induk ikan telah matang gonad perlu dilakukannya striping dari induk itu sendiri. Pada sampel yang dipakai dalam praktikum ini berdasrkan hasil pengamatan menunjukan keluarnya cairan sel sperma pada induk jantan telur pada induk betina. Itu menunjukan bahwa sudah tidak ada masalah terhadap gonad dari induk ikan yang dijadikan sampel. Setelah dilakukan beberapa proses tersebut, fertilisasi pun bisa dilakukan sesegara mungkin. Proses fertilisasi pada praktikum kali ini dilakukan pada pukul 23.00 WITA pada kolam yang diisi dengan aerasi dan kakaban setelah telur dan sel sperma dicampur secara merata.
Setelah proses fertilisasi buatan dilakukan, langkah selanjutnya adalah mengamati perkembangan telur setelah menjadi zygot dari pertemuan sel sperma dan sel telur atau ovarium. Pengamatan perkembangan telur dilakukan setiap satu jam sekali dan dimulai pada  tanggal 02 juni 2013 pukul 00.00 WITA sampai tanggal 03 juni 2013 pukul 04.00 WITA. Berdasarkan hasil pengamatan yang berhasil dicatat oleh kelompok 2 menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan terhadap perkembangan telur tiap satu jam sekali dan perkembangannya dimulai dari fase cleavage hingga embriogenesis menjelang penetasan. Perkembangan telur sebelum dia menetas jadi larva telah melewati 26 fase perkembangan yang berbeda-beda setiap waktu satu jam.







V. KESIMPULAN


Dari hasil dan pembahasan praktikum teknik pembenihan ikan dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain :
1.      Penentuan jenis kelamin ikan dapat diterapkan melalui metode seksualitas primer dan sekunder.
2.      Ekstrak kelenjar pituitari menghasilkan hormon GnRH untuk merangsang induk ikan untuk melakukan pemijahan setelah matang gonad.
3.      Proses fertilisasi buatan dengan bantuan suntikan ekstrak pituitary pada induk matang gonad dapat dipijahkan tanpa melihat kebiasaan memijah dan musim pijah dari ikan.
4.      Perkembangan telur berbeda-beda pada setiap satu jam sekali setelah terbentuknya zygot dari proses fertilisasi
           





DAFTAR PUSTAKA
                                                                                                           
Gusrina, 2008. Budidaya Ikan untuk SMK. Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.
Khairuman, 2002. Budidaya Lele Dumbo Secara Intensif. Argo Media Pustaka. Jakarta
Sudarma, A. 2004. Peningkatan Produktifitas Usaha Lele Sangkuriang (Clarias sp). Makalah disampaikan pada Temu Unit Pelaksana Teknis (UPT) dan Temu Usaha Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Departemen Kelautan dan Perikanan, Bandung.
Sugiono, 2003. Efektivitas Aromatase Inhibitor dalam Pematangan Gonade dan Stimulasi Ovulasi pada Ikan Sumatra (Puntius Tetrazona). Skripsi. Program Studi Teknologi dan Manajemen Akuakultur Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Syazali. 2011. Reproduksi dan pemijahan ikan. http://pub.wordpress.com/2011/pemijahan. diakses tanggal 13 Juni  2013 pukul 19.39 WITA.