I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Dalam budidaya perairan, pekan memegang peranan penting dalam peningkatan
produksi hasil budidaya. Dalam membuat pakan diperlukan menentukan jenis bahan
baku yang akan dipakai dalam mendesain komposisi pakan, mengetahui
teknik-teknik dasar pembuatan pakan dan bagaiman cara menguji kualitas pakan
tersebut.
Langkah
utama dalam pembuatan pakan yaitu menyediakan bahan baku yang akan
diformulasikan dengan dasar pertimbangan beberapa persyaratan. Persyaratan
pemilihan bahan baku ini dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu persyaratan
teknis dan persyaratan sosial ekonomis. Persyaratan teknis yang harus
diperhatikan dalam memilih bahan baku untuk pembuatan pakan buatan adalah :
mempunyai nilai gizi tinggi dan tidak mengandung racun yang dilakukan dengan upaya uji proksimat dengan dasar
penilaian secara fisik, biologi dan kimia. Sesuai dengan
kebiasaan makan ikan, bahan baku yang digunakan sebaiknya disesuaikan dengan
kebiasaan makan ikan di alam, hal ini dapat meningkatkan selera makan dan daya
cerna ikan. Seperti diketahui bahwa berdasarkan kebiasaan makannya jenis pakan
dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu herbivor, omnivor dan karnivor.
Sedangkan persyaratan sosial ekonomis yang perlu diperhatikan dalam memilih
bahan baku untuk pembuatan pakan buatan adalah mudah diperoleh, mudah diolah, harganya relatif
murah dan bukan
merupakan makanan pokok manusia, sehingga tidak merupakan saingan dalam pembuatan pakan ikan dengan ketersediaan bahan makanan pokok
manusia.
Pakan
merupakan salah satu kebutuhan budidaya yang sangat fatal dan menentukan
kesuksesan dalam usaha budidaya ikan. Namun dalam menentukan pakan yang akan
diberikan pada ikan agar mengefisiensikan pertumbuhunanya adalah harus melihat
kandungan nutrisi dari pakan tersebut. Kandungan nutrient pakan harus sesuai
dengan kebutuhan ikan serta nutrisi apa saja yang dibutuhkan oleh ikan
berdasarkan fungsi dari setiap nutrient itu sendiri. Kandungan nutrient terpenting
bagi ikan yaitu protein dan lemak yang berfungsi untuk pertumbuhan dan energi.
Jadi kita dapat meransang pertumbuhan ikan berdasarkan kandungan nutrient yang
dibutuhkan oleh ikan.
1.2 Tujuan
Praktikum
Tujuan dari praktikum ini yaitu :
1.
Untuk
mengetahui cara persiapan bahan baku.
2.
Untuk
mengetahui cara pengujian proksimat.
3.
Untuk
mengetahui tehnik pembutan pakan.
4.
Untuk
mengetahui teknik pengujian mutu pakan secara teknis.
5.
Untuk
mengetahui teknik pengujian pakan melalui percobaan.
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bahan baku pakan
Berdasarkan sumber bahan baku ikan
dibagi menjadi 2 yaitu Bahan hewani adalah sumbar pakan yang berasal dari
hewan. Bahan nabati adalah sumber pakan yang berasal dari tumbuhan. Kebanyakan
sumber pakan yang berasal dari bahan nabati mengandung banayak karbohidrat
sedangkan kandungan proteinnya rendah. Contoh dari pakan yang bersumber nabati
adalah sebagai berikut :
Tepung trigu, tepung tapioka, tepung
jagung, tepung kedelai, tepung sagu, tepung
beras, dll. (Apriyantono. 2008) Sedangkan pada pakan yang bersumber dari hewani
contohnya antara lain :Tepung darah, tepung ikan, tepung ikan rucah, tepung
tulang, tepung kepala udang, tepung rebon dll (Wurganto,S. 2000)
2.2 Air, Lemak dan Abu
2.2.1 Air
Yang dimaksud air dalam
analisis proksimat adalah semua cairan yang menguap pada pemanasan dalam
beberapa waktu pada suhu 1050-1100C dengan tekanan udara bebas sampai sisa yang
tidak menguap mempunyai bobot tetap. Penentuan kandungan kadar air dari suatu
bahan sebetulnya bertujuan untuk menentukan kadar bahan kering dari bahan
tersebut (Kamal, 1998).
Sampel makanan ditimbang
dan diletakkan dalam cawan khusus dan dipanaskan dalam oven dengan suhu 1050C.
Pemanasan berjalan hingga sampel tidak turun lagi beratnya. Setelah pemanasan
tersebut sampel bahan pakan disebut sebagai sampel bahan kering dan
penggunaanya dengan sampel disebut kadar air (Tillman et al., 1998).
2.2.2 Lemak
Menurut Crayonpedia (2011),
pengukuran kadar lemak pakan ikan atau bahan baku yang akan digunakan untuk
membuat pakan ikan dapat dilakukan dengan menggunakan metode Soxhlet dan metode
Weibull. Metode soxlet digunakan jika bahan baku pakan atau pakan ikan
mengandung kadar lemak yang relatif tidak terlalu banyak, dan jika kadar lemak
dalam bahan pakan atau pakan ikan cukup banyak maka bahan pakan dan pakan itu
harus dilakukan hidrolisis terlebih dahulu dan metode yang digunakan adalah
metode Weibull.
2.2.3 Abu
Dalam banyak referensi mengenai
makanan ternak, jarang sekali abu atau bahan organik dibahas secara mendalam.
Komponen abu pada analisis proksimat tidak memberikan nilai makanan yang
penting karena abu tidak mengalami pembakaran sehingga tidak menghasilkan
energi. Jumlah abu dalam bahan pakan hanya penting untuk menentukan perhitungan
bahan ekstrak tanpa nitrogen. Meskipun abu teridri dari komponen mineral, namun
bervariasinya kombinasi unsur mineral dalam bahan pakan asal tanaman
menyebabkan abu tidak dapat dipakai sebagai indeks untuk menentukan jumlah
unsur mineral tertentu. Kadar abu suatu bahan pakan ditentukan dengan
pembakaran bahan tersebut pada suhu tinggi (500–600 oC). Pada suhu
tinggi bahan organik yang ada akan terbakar dan sisanya merupakan abu (Suparjo,
2008).
Menurut Darsudi (2008), penentuan
kadar abu (metode pengabuan pada tanur). Alat yang dipergunakan dalam kegiatan
ini dalah: tanur pengabuan, cawan porselen, nampan stainless, timbangan
analitik, desikator dan lain – lain.
2.3 Pembuatan pakan
Pembuatan
pakan ikan tidak mutlak harus disusun sesuai dengan ketentuan hasil
perhitungan, tetapi komponen-komponennya tidak boleh menyimpang. Misalnya, jumlah
dedak halus dapat dikurangi tetapi sebagai penggantinya ditambahkan tepung
jagung. Setelah semua bahan ditentukan, langkah berikutnya adalah menimbang
bahan-bahan tersebut. Bahan-bahan yang telah ditimbang dimasukkan ke dalam
wadah dan diaduk sampai rata kemudian tambahkan air secukupnya. Dikukus dalam
panci alumunium sampai matang, kemudian dicetak dan dijemur (Djajasewaka,
1985).
2.4 Pengujian
pakan
2.4.1 Uji fisik
2.4.1 Uji fisik
Uji coba
pakan secara fisik bertujuan untuk mengetahui stabilitas pellet di dalam air (Water
Stability Feed) yaitu daya tahan pakan buatan di dalam air. Selain itu uji
fisik dapat dilakukan dengan melihat kehalusan dan kekerasan bahan baku pakan
yang akan sangat berpengaruh terhadap kekompakan pakan di dalam air. Hal ini
dapat dideteksi dengan daya tahan pakan buatan di dalam air. Dengan mengetahui
daya tahan pakan buatan di dalam air akan sangat membantu para praktisi
perikanan dalam memberikan pakan, berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh ikan
untuk mengejar pakan dikaitkan dengan lama waktu pakan itu bertahan di dalam
air sebelum dimakan oleh ikan (Handajani, 2010).
2.4.2 Uji kimia
Uji secara kimia bertujuan untuk
mengetahui kandungan gizi pada pakan buatan yang telah dibuat pakan sesuai
dengan formulasi pakan yang disusun. Uji coba ini sangat berguna bagi konsumen
dan juga sebagai pengawasan mutu pakan yang diproduksi. Uji pakan secara kimia
meliputi : uji kadar air, uji kadar protein, uji kadar lemak, kadar Serat
kasar, dan kadar abu (Gusrina, 2008).
2.4.3 Uji biologi
Uji coba pakan secara biologis
dilakukan untuk mengetahui beberapa parameter biologis yang sangat diperlukan untuk menilai
apakah pakan ikan yang dibuat dapat memberikan dampak terhadap ikan yang
mengkonsumsinya (Gusrina, 2008).
III Metode Praktikum
3.1 Waktu dan tempat
Praktikum Nutrisi dan teknik makanan ikan ini dilaksanakan
pada hari Rabu tanggal 15 November 2013 dengan acara persiapan bahan baku, hari
Jum’at tanggal 15 November 2013 acara uji proksimat, hari Sabtu tanggal 16
November 2013 acara pembuatan pakan, dan hari Rabu tanggal 20 November 2013
acara pengujian mutu pakan, yang semuanya dilakukan di Laboratorium Perikanan
Program Studi Budidaya Perairan Universitas Mataram.
3.2 Alat dan bahan
Tabel 1. Alat-alat praktikum.
No.
|
Alat-Alat
|
Fungsi
|
1.
|
Panci
|
Untuk
mengukus bahan baku
|
2.
|
Kompor
|
Untuk
merebus bahan baku
|
3.
|
Mesin
penggiling
|
Untuk
menghaluskan bahan baku
|
4.
|
Timbangan
|
Sebagai
alat timbang
|
5.
|
Wadah
|
Sebagai
tempat menaruh bahan yang sudah di rebus
|
6.
|
Cawan
porselen
|
Tempat
menaruh sampel
|
7.
|
Oven
|
Tempat
pemanasan dan pengeringan sampel
|
8.
|
Tanur
|
Sebagai
alat pembakar elektrik, diset pada suhu 600 oC
|
9.
|
Penjepit
|
Sebagai
alat penjepit sampel pada saat pengangkatan sampel
|
10.
|
Desikator
|
Sebagai tempat pendinginan sampel
|
11.
|
Labu
ekstraksi
|
Menganalisa kadar lemak
|
12.
|
Soxhlet
extractor
|
Untuk
mengukur kadar air
|
13.
|
Baskom
|
Tempat
pakan yang di olah
|
14.
|
Mesin pencetak pellet
|
untuk
mencetak pellet
|
15.
|
Akuarium dan ember kecil
|
Sebagai tempat pengamatan
kelayakan suatu pakan
|
16.
|
Stopwatch
|
Pengatur lama waktu pengamatan
|
17.
|
Saringan, tali rapia, dan batu
|
Untuk membuat uji coba anco.
|
18.
|
Aluminium foil
|
Pengganti cawan porselen
|
19.
|
Kantong saring/kain
|
Menyaring serbuk ikan saat uji lemak
|
20.
|
Gelas ukur
|
Untuk mengukur jumlah air
|
Tabel
2. Bahan-bahan praktikum
No.
|
Bahan-Bahan
|
Fungsi
|
1.
|
Ikan
runcah
|
Bahan
baku
|
2.
|
Kedelai
|
Bahan
baku
|
3.
|
Dedak
|
Bahan
baku
|
4.
|
Jagung
|
Bahan
baku
|
5.
|
Air
|
Media
percobaan
|
6.
|
N-hexan
|
Bahan
pelarut
|
7.
|
Vitamin
mix
|
Pelengkap bahan baku
|
8.
|
Minyak
ikan
|
Tambahan
bahan pakan
|
9.
|
Tepung
tapioca
|
Perekat
pakan
|
3.3.
Prosedur Praktikum
3.3.1. Penyiapan Bahan Baku
1.
Pembuatan Tepung Ikan
a. Ikan
kecil dibersihkan dari kotoran yang akan dibuat tepung.
b. Ikan
dikukus selama 25 menit dan dibiarkan.
c. Ikan
yang telah matang dimasukkan dalam alat pengepres diperas untuk mengeluarkan
air dan minyak.
d. Ampas
yang telah tersisa dalam saringan kemudian dikeringkan hingga kadar air sekitar
8% (± 3 hari), selama pengeringan diadakan pengadukan agar pengeringan dapat
merata.
e. Ikan
yang sudah kering kemudian ditepungkan.
1.
Pembuatan Tepung Kedelai
a. Kedelai
dibersihkan dan direndam selama 30 menit.
b. Kedelai
dikukus selama 30 menit.
c. Kedelai
ditiriskan kemudian diperas untuk dihilangkan airnya.
d. Kedelai
dikeringkan.
e. Kedelai
yang telah kering kemudian ditepungkan.
2.
Pembuatan Tepung Jagung
a. Jagung
yang digunakan sudah dikeringkan
b. Jadi
bisa dilakukan lansung penepungan.
3.3.2.
Analisa Proksimat
1.
Analisa Proksimat : Kadar Air
a. Kertas
aluminium foil dioven pada suhu (110 0C) selama 1 jam lalu
ditimbang, pemindahan jangan menggunakan tangan tapi menggunakan penjepit.
b. Bahan/sampel
dimasukkan ke dalam kertas aluminium sebanyak kurang lebih 1 gram
c. Kemudian
dimasukkan ke dalam oven 110 0C selama 1 jam
d. Setelah
itu, segera dipindahkan ke desikator untuk didinginkan selama 5 menit.
e. Setelah
dingin, kertas aluminium diangkat dari desikator lalu ditimbang dan hasil
beratnya dicatat.
f. Setelah
selesai penimbangan, lalu dimasukkan ke dalam oven lagi selama 1 jam dan
prosedur sebelumnya diulangi lagi sampai menghasilkan pengeringan yang
maksimal, dan dalam mengangkat kertas aluminium harus menggunakan penjepit agar
bahan tidak terkontaminasi.
g. Terakhir,
setiap kali penimbangan hasilnya di catat.
2.
Analisa Proksimat : Kadar Lemak
a. Ikan
ditimbang 3,0513 gr
b. Labu
dioven selama 30 menit pada suhu 110oC, selanjutnya didiamkan di
dalam desikator selama 5 menit
c. Sampel
dimasukkan dan dibungkus ke dalam soxhlet
d. Ditambahkan
N-hexan hingga batas atas selonsong
e. Dipanaskan
bagian bawah labu dengan hotplate ± 2 jam 18 menit
f. Setelah
cairan N-hexan telah dijernihkan, N-hexan dituang/dikeluarkan dan disisakan
beberapa ml (sedikit)
g. Dipanaskan
kembali untuk mendapatkan lemak ikan hingga berwarna coklat pekat
h. Dioven
selama 30 menit
i.
Didinginkan dalam desikator selama 10
menit
j.
Ditimbang berat akhir
3. Analisa
Proksimat : Kadar Abu
a. Dipanaskan
cawan pada oven selama 1 jam pada suhu 1100C
b. Didinginkan
dalam desikator selama 5, setelah dingin ditimbang cawan tersebut dan dicatat
beratnya.
c. Dimasukkan
bahan/sampel dengan berat 1 gram kedalam cawan porselen.
d. Bahan yang berisi cawan tadi dipanaskan dalam tanur pada
suhu 6000C hingga mencapai berat konstan.
e. Dinginkan cawan dalam desikator selama 5 menit, setelah dingin timbang cawan tersebut
dan catat beratnya.
f. Digunakan
penjepit dalam mengangkat cawan.
3.3.3.
Pembuatan Pakan
a. Ditentukan
kadar lemak, kadar air dan kadar abu
dari setiap bahan baku.
b. Dilakukan
perhitungan matematis untuk menentukan jumlah setiap bahan baku agar pakan yang
terbentuk mencapai kadar nutrisi tertentu.
c. Masing-masing
bahan baku ditimbang dengan berat yang digunakan yaitu g/2 kg pakan.
d. Dicampur
bahan yang memiliki jumlah paling sedikit dan diaduk sampai rata, dan
dicampurkan bahan yang lainnya hingga merata.
e. Dimasukkan
air sebanyak 900 ml/kg pakan.
f. Pada
saat pakan mau dicetak terlebih dahulu ditambahkan air lagi sebanyak 400 ml.
g. Dimasukkan
adonan kedalam mesin pencetak pellet.
h. Pellet
dikeringkan selama 3 hari.
3.3.4.
Pengujian Mutu Pakan Secara Tekhnis
1. Pengamatan dengan indera
penglihatan
a. Diambil pakan sebanyak 100 gram
secara acak dari wadah pakan kemudian disebarkan di atas kertas putih.
b. Pakan tersebut diamati dengan seksama kemudian
dicatat hasilnya.
2. Pengujian dengan indera penciuman
a. Diambil sejumlah pakan dan
didekatkan pakan tersebut ke hidung dan dicatat hasilnya.
3.
Pengujian
dengan indera pengecap
a. Diambil sedikit pakan dan kemudian
diletakkan di lidah untuk dikecap dan di rasa.
b. Dicatat rasa pakan tersebut dan
dicatat hasilnya pada lembar kerja.
4.
Pengujian
daya apung dan laju tenggelam pakan
a. Ditaruh beberapa pakan di atas
permukaan air dan dilepaskan.
b. Dibiarkan pakan hingga akhirnya
jatuh ke dasar. Dicatat lama waktu pakan mengapung.
c. Dihitung rata-rata lama waktu
mengapung setiap butir pakan.
d. Dicatat juga lama waktu pakan mulai
pada saat tenggelam hingga mencapai dasar.
5.
Pengujian
daya tahan pakan dalam air
a. Dimasukkan 1 butir pakan dalam ember
yang berisi air. Diaktifkan stopwatch sejak pertama kali pakan menyentuh air.
b. Setiap 30 detik, diguncangkan gelas ukur dengan lembut beberapa kali.
c. Catat pada
menit keberapa pakan tersebut akan hancur.
d. Ulangi beberapa
kali dan hitunglah rata-ratanya.
6. Pengujian dengan anco
a.
Pakan
dimasukkan dalam kolam yang berisi air dan ikan yang telah dipuasakan selama 1
hari.
b.
Diberikan
2 jenis pakan sebanyak 20 gram untuk 2 unit anco
c.
Diperhatikan
pakan jenis mana yang paling cepat habis, dan dicatat lama waktu pakan habis.
3.3.5.
Pengujian Pakan Melalui Percobaan
a.
Pada
pengujian pakan melalui percobaan, kegiatan
pengujian ini dilakukan melalu tanya jawab atau wawancara.
b.
Pada pengujian pakan ini menggunakan data simulasi.
IV
Hasil dan Pembahasan
4.1. Hasil Praktikum
4.1.1. Hasil acara I ( penyiapan
bahan baku) kelompok 2
a. Tabel
data berat bahan baku yang digunakan
No.
|
Bahan baku
|
Berat
(kg)
|
1.
|
Ikan runcah
|
4
kg
|
2.
|
Kedelai
|
1
kg
|
3.
|
Jagung
|
1
kg
|
4.
|
Dedak
|
2
kg
|
4.1.2. Hasil Acara II analisa
proksimat (data pengukuran kadar air, kadar abu, dan kadar lemak)
a. Tabel data
pengukuran kadar air kelompok 2
No
|
Berat cawan
awal (g)
|
Berat sampel
(g)
|
Berat cawan
akhir I (g)
|
Berat cawan
akhir II (g)
|
Berat cawan
akhir III (g)
|
Perhitu-ngan
(% kadar air)
I
|
Perhitu-ngan
(% kadar air)
II
|
Perhitu-ngan
(% kadar air)
III
|
1
|
0,2390
|
0,8206
|
1,0222
|
1,0202
|
1,0255
|
4,5576
|
4,8013
|
4,1554
|
2
|
0,2745
|
0,7566
|
0,9962
|
0,9948
|
0,9991
|
4,6127
|
4,7977
|
4,2294
|
v Analisis
data pengukuran kadar air
Kadar air (%) = B – (C-A)X 100%
B
Keterangan = A = Berat cawan awal (g)
B = Berat sampel (g)
C
= Berat cawan akhir (g)
Hitungan = a. Kadar air (%) I = B – (C-A)X 100%
B
= 0,8206 –
(1,0222-0,2390) X 100%
0,8206
= 0,8206 – 0,7832 X 100%
0,8206
= 4,5576 %
Kadar air (%) II
= B – (C-A)X 100%
B
= 0,8206 – (1,0202-0,2390) X 100%
0,8206
= 0,8206 – 0,7812 X 100%
0,8206
= 4,8013 %
Kadar air (%)
III = B – (C-A)X 100%
B
= 0,8206 – (1,0255-0,2390) X 100%
0,8206
= 0,8206 – 0,7865 X 100%
0,8206
= 4,1554 %
b. Kadar air (%)
I = B – (C-A)X 100%
B
= 0,7566 – (0,9962-0,2745)
X 100%
0,7566
= 0,7566 – 0,7217 X 100%
0,7566
= 4,6127 %
Kadar air (%) II = B – (C-A)X
100%
B
= 0,7566 – (0,9948-0,2745)
X 100%
0,7566
= 0,7566 – 0,7203 X 100%
0,7566
= 4,7977 %
Kadar air (%) III = B – (C-A)X
100%
B
= 0,7566 – (0,9991-0,2745)
X 100%
0,7566
= 0,7566 – 0,7246 X 100%
0,7566
= 4,2294 %
b. Tabel data
pengukuran kadar abu kelompok 2
No.
|
Berat cawan
awal (g)
|
Berat sampel
(g)
|
Berat cawan
akhir (g)
|
Perhitungan
(% kadar
abu)
|
1.
|
11,3361
|
0,9317
|
11,4334
|
10,4432
|
v Analisis
data kadar abu
% Kadar abu = (C - A) X100%
B
Keterangan = A = Berat cawan awal (g)
B = Berat sampel (g)
C = Berat cawan akhir (g)
Hitungan = % Kadar abu = (C - A) X100%
B
= (11,4334 - 11,3361)X100%
0,9317
= 10,4432%
c.
Tabel
data pengukuran kadar lemak kelompok 2
No.
|
Berat sampel
(g)
|
Berat labu
awal (g)
|
Berat labu
akhir (g)
|
Perhitungan
(% kadar
lemak)
|
1.
|
3,0513
|
188,12
|
189,21
|
35,72
|
v Analisis
data % kadar lemak
% kadar lemak = X2 –X1x100%
A
Keterangan = A = Berat sampel (g)
X1
= Berat labu awal (g)
X2
= Berat labu akhir (g)
Hitungan = % kadar lemak = X2
–X1x100%
A
= 189,21 -
188,12X100%
3,0513
=
35,72%
4.1.3. Hasil Acara III (data
pembuatan pakan) dalam 2 kg pakan
a.
Tabel
berat bahan baku yang digunakan
No.
|
Bahan baku yang digunakan
|
Beratbahan baku yang digunakan (g/kg pakan)
|
Berattotal bahan baku (g)
|
1.
|
Vitamin
mix
|
15
|
30
|
2.
|
Minyak
ikan
|
15
|
30
|
3.
|
Dedak
|
220
|
440
|
4.
|
Tepung
ikan
|
320
|
640
|
5.
|
Tepung
kedelai
|
380
|
760
|
6.
|
Tepung
tapioca
|
50
|
100
|
7.
|
Air
|
65 ml/kg
pakan
|
130
|
4.1.4. Hasil
Acara IV (data pengujian pakan secara teknis)
a.
Tabel
hasil pengamatan dengan indera penglihatan
No.
|
Uraian
|
Hasil pengamatan
|
1.
|
Ada tidaknya benda lain dalam pakan
|
Tidak ada benda lain dalam pakan
|
2.
|
Tingkat kehalusan permukaan butiran pakan
|
Permukaan kurang halus
|
3.
|
Warna pakan
|
Warna merata
|
4.
|
Morfologi pakan
|
Pakan memiliki lubang di permukaannya
|
b.
Tabel
hasil pengujian dengan indera penciuman
No.
|
Uraian
|
Hasil pengamatan
|
1.
|
Aroma
|
Memiliki aroma khas yang kuat
|
2.
|
Bau tengik
|
Tidak ada bau tengik
|
c.
Tabel
hasil pengujian dengan indera pengecapan
No.
|
Uraian
|
Hasil pengamatan
|
1.
|
Rasa
|
Terasa gatal di lidah setelah di buang
|
2.
|
Butiran pakan
|
Terasa ada seperti pasirnya
|
d.
Tabel
hasil pengujian dengan indera anco
No.
|
Uraian
|
Hasil pengamatan
|
|
1.
|
Pakan yang lebih cepat habis
|
||
e. Tabel
hasil pengujian dengan daya tahan pakan air
Uraian
|
Hasil
Pengamatan Percobaan (menit)
|
||||
1
|
2
|
3
|
4
|
Rata-rata
|
|
1.
Partikel pakan mulai terlepas
|
|||||
2.
Pakan sudah mulai hancur
|
|||||
3.
Pakan sudah tidak berbentuk
|
f. Tabel
hasil pengujian daya apung pakan dan kecepatan tenggelam
No.
|
Uraian
|
Hasil
pengamatan percobaan
|
||||
1
|
2
|
3
|
4
|
Rata-rata
|
||
1.
|
Lama waktu mengapung (detik)
|
1:50
|
03:31
|
1:09
|
04:38
|
2,7675
|
2.
|
Kecepatan tenggelam (cm/menit)
|
13:87
|
10:75
|
8:92
|
12:19
|
11,4325
|
Tingkat
konversi pakan x 100
=
x 100
= x 100
=
0,8 x 100
=
80
Berat rata-rata
awal ikan Nila = 10 g
Berat akhir
rata-rata ikan = 30 g
Jumlah konsumsi
pakan rata-rata = 25
Waktu pemeliharaan
= 30 hari
Tidak ada ikan yang
mati selama pemeliharaan
4.2. Pembahasan
Acara I persiapan
bahan baku
Persiapan
bahan baku merupakan langkah awal dalam membuat pakan. Bahan baku yang digunakan dalam prakikan ini yaitu ikan rucah seberat 4kg, jagung 1kg,
kedelai 1kg dan dedak 2kg. Dari semua bahan baku yang dipakai dalam praktikum ini bukan
merupakan makanan pokok manusia, sehingga ketersediaannya cukup baik untuk
jangka panjang. Penggunaan bahan baku ikan untuk pembuatan pakan disebabkan
nutrien dari ikan sangat baik untuk ikan itu sendiri, sedangkan bahan baku
kedelai, jagung dan dedak merupakan bahan baku yang tinggi protein dan lemak
agar mampu berkonsentrasi pada pertumbuhan ikan. Pertimbangan lain dalam
memilih bahan baku tersebut dikarenakan faktor harga yang relatif murah.
Acara II uji proksimat
Dalam uji proksimat ada tiga unsur yang diukur dalam acara
ini, yaitu mengukur kadar air, kadar abu dan kadar lemak.
a. Pengukuran kadar air
Berdasarkan
hasil pengamatan mengukur kadar air, ada 3 sampel dengan 2 kali ulangan dengan
jarak satu jam perubahan kadar air dan hasilnya pun berubah – ubah tiap kali
ulangan. Pengukuran kadar air dari bahan baku bertujauan agar dapat mengetahui
kandungan nutrient dari bahan baku bersih. Perhitungan kadar air menggunakan
rumus .
Dari hasil perhitungan itu terdapat hasil rata-rata 4.5256 %, dengan begitu
untuk menguji kandungan nutrient bersih dari bahan baku dapat ditentukan dengan
dikurangi jumlah kadar air tersebut.
b. Pengukuran kadar abu
Pengukuran
kadar abu dilakukan dengan motode perhitungan menggunanakan rumus . Berdasarkan hasil pengamatan analisis kadar abu
yaitu 10.4432 % dengan menggunakan satu
sampel dalam suhu 600°C. Kadar abu yang diperoleh dari pengamatan tersebut
merupakan hasil akurat yang diperoleh dari analisis kadar abu karena
menggunakan suhu 600°C yang sesuai dengan teori yang dituliskan oleh suparjo,
2008 pada jurnal yang berjudul analisis secara kimiawi. Namun untuk menentukan
bahwa itu jumlah kadar abu yang ditoleransi pada pakan belum terdapat standar
kadar abu tertentu pada jurnal yang diambil untuk tinjauan pustaka pada laporan
ini, hanya saja disebutkan kadar abu terdiri dari komponen mineral akan tetapi
tidak dipakai sebagai indeks untuk menentukan kandungan mineral suatu pakan.
c. Pengukuran kadar lemak
Analisis
kadar lemak dilakukan agar dapat mengetahui jumlah kadar lemak serta menentukan
jumlah kadar lemak yang ingin diformulasikan terhadap pakan yang akan dibuat. Pengujian
kadar lemak yang dilakukan dalam praktikum ini menggunakan sampel ikan seberat
3.0513 g yang dipanaskan pada suhu 110°C
selama ± 2 jam 18 menit yang dikonsentrasikan dengan cairan N-hexan yang
telah dijernihkan. Perhitungan kadar lemak menggunakan rumus , sehingga terdapat hasil 35.72 % untuk kadar lemak
dalam bahan baku. Hasil kadar lemak tersebut tergolong kadar lemak yang lumayan
tinggi untuk dikonsumsi oleh ikan karena mendekati jumlah protein dari bahan
bahan baku tersebut. Kandungan lemak bagi ikan digunakan sebagai sumber energi
dan pertumbuhan cadangan setelah protein, akan tetapi lemak difokuskan untuk
sumber energi dan protein sebagai pertumbuhannya.
Acara III Pembuatan Pakan
Pembuatan
pakan atau pencetakkan pakan berupa pellet dilakukan dengan menggunakan mesin
pencetak pellet agar memiliki bentuk yang baik serta daya tahan pakan yang baik
pula. Dalam proses pencetakkan pellet mengandung banyak kadar air agar
mempermudah prosesnya. Namun setelah pellet semua tercetak, agar menggunakan
berat kering lagi maka pellet itu akan dikeringkan lagi sampai kadar air itu benar
– benar berkurang. Untuk mengetahui berat kering dari pellet tersebut
dilakukannya penimbangan ulang beberapa sampel pakan itu lagi, akan tetapi data
berat kering harus ada agar bisa menghitung berat kering bersih dari pakan itu
sendiri.
Acara IV Pengujian pakan
Pengujian
pakan ini terdiri dari enam penilaian dasar yaitu dengan melihat secara visual,
mencium aroma, merasai dengan lidah, anco, daya tahan pakan dalam air dan
kecepatan tenggelam dari pakan yang kita buat. Dalam menguji secara visual yang
dilihat yaitu mengamati apakah dari pakan tersebut terdapat beberapa benda
asing maupun bentuk pakan yang berbeda dari bahan baku. Berdasarkan hasil
pengamatan pakan yang dibuat dalam praktikum ini sangat baik karena warnanya
merata, permukaan pakan tidak terlalu halus dan memiliki lubang disekitar
permukaan serta tidak terdapat warna lain diluar indikasi bahan baku. Pengujian
dengan metode penciuman aroma pakan memiliki bau yang sangat khas dan tidak
berbau tengik. Jenis pakan yang berbau khas sangat disukai oleh ikan karena
ikan dalam mencari makanan lebih sering menggunakan sensor penciuman aroma
ketimbang melihat pakan untuk dimakan. Dalam pengujian melalui rasa terdapat
rasa gatal apabila dibuang seusai dikecap lidah dan terasa ada serat seperti
berpasir. Hal ini disebabkan dari bahan baku yang terdiri dari beberapa bahan
dan serat tersebut diperoleh dari kurang halusnya dalam penggilingan atau jenis
bahan baku tertentu yang padat.
V KESIMPULAN
Dari hasil dan pembahasan terdapat beberapa kesimpulan yang dapat diambil
antara lain :
1. Penentuan
bahan baku merupakan faktor terpenting dalam pembuatan pakan agar mengandung
nutrient tinggi.
2. Dalam
memilih bahan baku, diupayakan bukan merupakan makanan poko manusia agar tidak
menjadi daya saing dalam ketersediaan bahan serta mengupayakan harga bahan yang
relative murah.
3. Dalam
pembuatan pakan harus memakai berat kering, karena kadar air yang terkandung
dalam bahan ataupun pakan bukan merupakan nutrient untuk ikan.
4. Warna
pakan setelah dicetak harus merata, sebab apabila warna pakan itu tidak merata
maka pasti terdapat beberapa benda asing yang bukan dari bahan baku tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Apriyantono. 2008. Tinjauan Produk Hewani dan Turunannya.
Jakarta : Erlangga
Crayonpedia. 2011. Teknologi
pakan buatan. http://www.crayonpedia.org/mw/BAB_6_TEKNOLOGI_PAKAN_BUATAN.
diakses pada tanggal 25 Desember 2013
pukul 21.16 WITA.
Darsudi. 2008. Analisis
Kandungan Proksimat Bahan Baku dan Pakan Buatan/Pelet untuk Kepiting Bakau (Scylla
paramamosain). Bul. Tek Lit. Akuakultur Vol. 7 No.1 Tahun 2008. http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/71084145.pdf diakses pada tanggal 25 Desember
2013 pukul 22.07 WITA.
Djajasewaka, H.. 1985.
Makanan Ikan. Jakarta. Yasa Guna.
Djarijah, 1995. Pakan
Ikan. Yogyakarta. Kanisius.
Gusrina. 2008. Budidaya Ikan
untuk SMK. Pusat Perbukuan, Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional.
Handajani dan Widodo. 2010. Nutrisi
Ikan. Malang. Universitas Muhamadiyah Malang Press.
Kamal, M. 1998. Nutrisi
Ternak I. Yogyakarta. Rangkuman. Lab. Makanan Ternak, jurusan Nutrisi dan
Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, UGM.
Suparjo. 2008. Analisis
secara kimiawi. http://jajo66.files.wordpress.com/2008/06/4analisis-kimiawi.pdf diakses pada tanggal 25 Desember
2013 pukul 20.26 WITA.
Tillman, A. D., H.
Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawiro Kusuma, dan S. Lebdosoekoekojo. 1998.
Wurganto,S. 2000.Kandungan
Protein dalam serat kasar. Surabaya. fakultaas kedokteran Hewan.
Universitas Airlangga.
▷ Casinos with the highest Welcome Bonus 2021 | LuckyClub.live
BalasHapusCasinos with the highest Welcome Bonus 2021 luckyclub.live | LuckyClub.live ➤ Find the best bonus codes for new and existing players.